
WASHINGTON (Lentera) - Israel telah menghentikan sementara bombardir di Jalur Gaza guna memberi waktu untuk pembebasan sandera dan penyelesaian "kesepakatan damai 20 poin," menurut Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump di platform Truth Social.
"Hamas harus bergerak cepat, jika tidak, kita tidak tahu apa yang akan terjadi. Saya tidak akan menoleransi penundaan... Mari kita selesaikan ini, dengan cepat," ujarnya dalam unggahan di Truth Social.
Dalam unggahan terpisah, Trump mengatakan setelah negosiasi, Israel telah menyetujui penarikan awal pasukannya, yang telah ditunjukkan kepada Hamas.
"Ketika Hamas mengonfirmasi, Gencatan Senjata akan segara diberlakukan, Pertukaran sandera dan tahanan akan dimulai dan kami akan menciptakan kondisi yang kondusif untuk tahap penarikan (pasukan) berikutnya," tuturnya.
Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa dia mengharapkan dapat mengumumkan pembebasan semua sandera dari Gaza "dalam beberapa hari mendatang" seiring pembicaraan tidak langsung dengan Hamas berlanjut di Mesir pada Senin (6/10) dengan fokus pada rencana baru AS untuk mengakhiri perang.
Dalam pernyataan singkatnya pada Sabtu malam, Netanyahu menyebutkan bahwa dia telah mengirim delegasi ke Mesir "untuk memfinalisasi detail teknis," dan menambahkan bahwa "tujuan kami adalah untuk membatasi negosiasi ini dalam jangka waktu beberapa hari."
Dikutip Antara (Ahad, 5/10/2025), Trump mengatakan Hamas harus menerima "rencana perdamaian 20 poin" terkait Gaza paling lambat Minggu (5/10) pukul 18.00 EDT atau Senin (6/10) pukul 05.00 WIB, jika tidak, "neraka, yang belum pernah dirasakan oleh siapa pun sebelumnya, akan dibuka untuk Hamas."
Hamas kemudian mengumumkan bahwa pihaknya telah menerima usulan tersebut secara umum dan siap untuk memulai pembicaraan yang dimediasi, sebuah respons yang disambut baik oleh masyarakat internasional, yang mendesak kedua belah pihak untuk memanfaatkan kesempatan ini untuk mengakhiri perang dan meringankan penderitaan warga sipil.
"Rencana 20 poin" tersebut menguraikan kesepakatan gencatan senjata yang ditukar dengan pembebasan sandera, penarikan pasukan Israel secara bertahap, demiliterisasi Gaza, dan pengawasan internasional terhadap rekonstruksi serta tata kelola Gaza pascakonflik. Hamas akan dikeluarkan dari struktur tata kelola.
Berdasarkan ketentuan gencatan senjata, Israel akan menghentikan operasi militer dan mundur ke garis-garis yang disepakati. Hamas, dalam waktu 72 jam setelah Israel secara terbuka menerima perjanjian tersebut, harus membebaskan semua sandera, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal.
Sebagai gantinya, Israel akan membebaskan 250 tahanan yang dijatuhi hukuman seumur hidup, ditambah 1.700 warga Gaza yang ditahan setelah pecahnya konflik pada 7 Oktober 2023. Anggota Hamas yang dilucuti senjatanya dan berkomitmen untuk hidup berdampingan secara damai akan diberikan amnesti dan mereka yang ingin meninggalkan Gaza akan diberikan akses yang aman ke negara-negara yang bersedia menerima mereka (*)
Editor: Arifin BH