MADIUN (Lentera) — Fenomena retakan tanah di Dusun Morosowo, Desa Mendak, Kecamatan Dagangan, Kabupaten Madiun menyita perhatian serius Pemerintah Provinsi Jawa Timur.
Retakan yang merusak sejumlah rumah warga itu kini tengah dikaji tim gabungan dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) SUrabaya, Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jatim, serta Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD).
Tim gabungan turun langsung ke lokasi pada Jumat, 7 November 2025, untuk meneliti penyebab pergerakan tanah yang menyebabkan pondasi beberapa rumah turun dan dinding retak.
Ketua Tim Kaji Cepat ITS, Harris Miftakhul Fajar mengatakan hasil pengamatan awal, menunjukkan retakan tanah bersifat masif dan meluas.
“Kami memetakan sejumlah titik retakan di desa ini. Secara umum, retakan menyebar sekitar 50 meter dan berdampak pada beberapa rumah. Jenisnya vertikal sehingga berpotensi memicu penurunan tanah,” ujar Harris di lokasi.
Menurut dia, kondisi geologi di wilayah Mendak sudah mengalami pelapukan sangat intensif. Material batuan breksi yang semula keras kini rapuh akibat proses pelapukan panjang.
“Daerah ini termasuk perbukitan tua secara geologi. Pelapukan diperparah oleh pengaruh hidrotermal karena Mendak cukup dekat dengan kawasan Telaga Ngebel yang memiliki sumber air panas,” ujarnya.
Harris menaksir, ketebalan lapisan tanah lapuk di lokasi mencapai sekitar 10 meter. Kondisi itu membuat wilayah ini rawan longsor, terutama bila air terus meresap ke tanah.
“Di beberapa rumah, kami menemukan saluran air terbuka yang memungkinkan air meresap meski tak sedang hujan. Itu bisa mempercepat penurunan tanah,” katanya.
Kepala Bidang Geologi dan Air Tanah ESDM Jatim, Ertika Dinawati menambahkan pihaknya akan melakukan pemetaan lebih detail bersama BPBD dan ITS untuk menentukan langkah mitigasi yang tepat.
“Kami berkoordinasi lintas lembaga agar hasil kaji cepat ini bisa menjadi dasar mitigasi berkelanjutan antara pemerintah provinsi, kabupaten, desa, dan akademisi,” tutur Ertika.
Pemerintah daerah diminta meningkatkan kewaspadaan serta memberi sosialisasi kepada warga agar waspada terhadap potensi pergerakan tanah, terutama saat curah hujan tinggi.
Reporter: Wiwiet Eko Prasetyo/Editor: Ais





.jpg)
