22 November 2025

Get In Touch

DPW PKB Jatim Apresiasi Presiden Prabowo: Syaikhona Kholil, Gus Dur, dan Marsinah Dianugerahi Gelar Pahlawan Nasional

Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PKB Jawa Timur, Abdul Halim Iskandar.
Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PKB Jawa Timur, Abdul Halim Iskandar.

SURABAYA (Lentera) — DPW Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Jawa Timur menyampaikan apresiasi tinggi kepada Presiden Prabowo Subianto atas keputusan pemerintah menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada tiga tokoh besar asal Jawa Timur: Syaikhona Kholil Bangkalan, KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), dan Marsinah.

Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PKB Jawa Timur, Abdul Halim Iskandar, mengatakan bahwa keputusan tersebut menjadi kebanggaan sekaligus momentum penting bagi masyarakat Jawa Timur. 

"Alhamdulillah, tiga tokoh luar biasa dari Jawa Timur akhirnya mendapat pengakuan sebagai Pahlawan Nasional. Ini adalah bentuk penghormatan negara terhadap jasa mereka dalam memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan,” ungkapnya, Selasa (11/11/2025).

Politisi yang akrab disapa Gus Halim menjelaskan, Syaikhona Kholil adalah sosok ulama besar yang menjadi guru bagi banyak kiai di Nusantara, termasuk KH Hasyim Asy’ari dan KH Wahab Hasbullah — dua tokoh pendiri Nahdlatul Ulama. 

"Beliau adalah guru dari para guru, termasuk juga guru spiritual bagi Gus Dur secara keilmuan dan keteladanan,” katanya.

Menurutnya, pengakuan negara terhadap Syaikhona Kholil merupakan bentuk penghargaan atas jasa besar beliau dalam membentuk tradisi keilmuan Islam yang rahmatan lil ‘alamin dan penuh nilai kemanusiaan.

Sementara itu, Gus Dur, Presiden ke-4 RI, diakui sebagai sosok yang menjembatani berbagai perbedaan dan menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. 

"Gus Dur mengajarkan kepada kita semua bahwa kemanusiaan harus didahulukan di atas segala kepentingan, tanpa melihat latar belakang suku, agama, maupun golongan,” tegasnya.

Gus Halim juga menyoroti penetapan Marsinah — aktivis buruh perempuan asal Nganjuk — sebagai Pahlawan Nasional. “Marsinah adalah simbol perjuangan keadilan bagi kaum pekerja. Ia memimpin gerakan untuk menaikkan upah buruh, namun harus menghadapi tindakan yang tidak manusiawi hingga kehilangan nyawa,” tuturnya.

Menurut Gus Halim, perjuangan Marsinah mencerminkan keberanian perempuan dalam memperjuangkan hak-hak kemanusiaan di tengah ketidakadilan. “Kini, makamnya di Nganjuk menjadi saksi sejarah perjuangan itu. Alhamdulillah, perjuangannya kini diakui negara,” tambahnya.

Lebih lanjut, Gus Halim menekankan bahwa ketiga tokoh tersebut memiliki satu benang merah: kemanusiaan. 

“Nilai utama dari mereka bertiga adalah kemanusiaan yang mengedepankan kasih sayang dan penghormatan terhadap sesama. Mereka melihat manusia tanpa sekat-sekat sosial, agama, atau ideologi,” pungkasnya. (*)

 

Reporter: Pradhita
Editor : Lutfiyu Handi

Share:
Lenterajakarta.com.
Lenterajakarta.com.