SURABAYA (Lentera) — Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) mulai membuka arah kebijakan baru program beasiswa tahun 2026, dalam sosialisasi yang digelar di Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa).
LPDP membocorkan fokus beasiswa tahun depan yang akan menitikberatkan pada bidang Science, Technology, Engineering, and Mathematics (STEM) serta penguatan riset berdampak bagi pembangunan nasional.
Direktur Beasiswa LPDP, Dwi Larso, Ph.D menjelaskan pada 2026 komposisi beasiswa LPDP akan difokuskan 80 persen untuk bidang STEM, terdiri atas STEM murni 60 persen dan STEM adjektif 20 persen, sementara bidang non-STEM mendapat porsi 20 persen.
“Skemanya akan kami buka secara resmi pada Desember mendatang. Pendaftaran tahap pertama dibuka Januari 2026 dan gelombang berikutnya pada Juni 2026. Prinsipnya, semua diarahkan untuk menghasilkan SDM unggul yang mampu mendukung industri dan kemajuan bangsa,” jelas Dwi, Rabu (12/11/2025).
Dwi menambahkan, calon penerima beasiswa juga diberi ruang untuk mengusulkan bidang studi di luar daftar prioritas jika memiliki potensi besar bagi masa depan bangsa.
“Diibaratkan seperti masuk ke warung tegal. Kadang menu yang tersedia belum tentu menarik bagi Anda, tapi Anda boleh mengajukan ‘menu’ lain yang menurut Anda bermanfaat bagi Indonesia, ini bisa dimasukkan ke General STEM,” tambahnya.
Ia mengungkapkan, Indonesia baru memiliki 0,53 persen penduduk usia produktif yang menempuh pendidikan S2 dan S3, jauh tertinggal dibanding negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, dan Vietnam yang jumlahnya lima kali lipat lebih tinggi.
“Kita unggul di sepak bola, tapi masih tertinggal jauh dalam pengembangan SDM,” ungkapnya.
Untuk mengejar ketertinggalan itu, pemerintah menambah dana abadi LPDP menjadi Rp181 triliun. Namun, dari 50 ribu pendaftar setiap tahun, hanya sekitar 4.000 orang yang bisa dibiayai.
“Kalau ingin semua yang layak mendapat beasiswa tanpa khawatir biaya, kita butuh dana abadi sekitar Rp1.000 triliun,” tuturnya.
LPDP menargetkan, ke depan 25 persen lulusan perguruan tinggi Indonesia mampu menciptakan industri baru agar mendorong transformasi ekonomi nasional.
“Menuju Indonesia Emas 2045, perguruan tinggi harus jadi motor kegiatan riset, inovasi, dan ekonomi. Kalau itu berjalan masif, Indonesia akan makmur dari Sabang sampai Merauke,” tutup Dwi.
Diketahui, kunjungan LPDP ke Unusa menjadi salah satu dari tiga kampus pertama yang mendapat sosialisasi awal program beasiswa dan pembiayaan riset 2026.
Selain paparan arah kebijakan, kegiatan tersebut juga diisi penandatanganan nota kesepahaman (MoU) antara LPDP dan Lembaga Perguruan Tinggi Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LPT PBNU). MoU tersebut ditandatangani oleh Direktur Utama LPDP Sudarto dan Ketua LPT PBNU Prof. Ainun Na’im, disaksikan oleh Prof. Mohammad Nuh, pimpinan LPTNU, dan Rektor Unusa.
Kerja sama ini membuka peluang bagi dosen, tenaga kependidikan, dan lulusan terbaik di lingkungan Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (PTNU) untuk melanjutkan studi magister dan doktoral di dalam maupun luar negeri.
Reporter: Amanah/Editor: Ais





.jpg)
