22 November 2025

Get In Touch

Petani Milenial Asal Madiun Bicara Pertanian Rendah Emisi di Forum Internasional

Husain Fata Mizani (baju coklat), perwakilan Petani Milenial Madiun, saat menghadiri International Sustainable Rice Forum 2025 di Jakarta.
Husain Fata Mizani (baju coklat), perwakilan Petani Milenial Madiun, saat menghadiri International Sustainable Rice Forum 2025 di Jakarta.

JAKARTA (Lentera) -Husain Fata Mizani, Wakil Ketua Petani Milenial Madiun, menjadi salah satu peserta International Sustainable Rice Forum 2025 yang digelar di Jakarta. Kegiatan ini menghadirkan lembaga global seperti IRRI, Rikolto, dan World Bank Group. 

Dihubungi melalui sambungan telepon, Husain menegaskan bahwa keikutsertaannya bukan sekadar representasi simbolis, tapi bentuk komitmen generasi muda tani untuk terlibat langsung dalam agenda pertanian rendah emisi.

“Kami datang bukan untuk duduk manis. Ini kesempatan menunjukkan bahwa petani muda dari daerah juga siap berperan dalam perubahan,” ujar Husain Selasa (18/11/2025).

Forum tersebut dibuka oleh Menteri Perdagangan sekaligus Menko Ketahanan Pangan, Zulkifli Hasan, yang menegaskan bahwa pertanian rendah karbon akan menjadi pilar ketahanan pangan dan keberlanjutan lingkungan ke depan.

Husain menilai forum ini memberikan ruang penting untuk berbagi pengalaman dan menyerap strategi implementasi Low Carbon Rice dari berbagai wilayah. Keterlibatan petani dari daerah kembali mencuri perhatian dunia.

“Banyak daerah sudah bergerak. Kami belajar bagaimana mereka menekan emisi tanpa mengorbankan produktivitas. Itu yang ingin kami terapkan di Madiun,” kata Husain.

Ia menjelaskan bahwa Petani Milenial Madiun saat ini tengah melakukan pendampingan di tingkat kelompok tani, terutama terkait efisiensi input, diversifikasi usaha, hingga pengurangan emisi dalam budidaya.

“Kami tidak mau petani muda hanya jadi penonton teknologi. Kalau perubahan ini mau berhasil, maka anak muda harus ada di depan, bukan di belakang,” tegasnya.

Forum internasional ini juga menampilkan komitmen pemerintah daerah. Dalam salah satu sesi, Bupati Ngawi, Ony Anwar, memaparkan hasil nyata penerapan teknologi ramah lingkungan di wilayahnya yang disebut mampu menurunkan biaya produksi, mengurangi bahan kimia, dan mendorong kedaulatan pangan daerah.

“Kami butuh ekosistem. Bukan hanya bicara teknologi, tapi juga kebijakan, pasar, dan kapasitas petani. Kalau semua pihak bergandengan, pertanian rendah emisi bukan lagi wacana,” ungkapnya.

Ia menutup wawancara dengan pesan jelas: transformasi pertanian tak bisa hanya digerakkan dari pusat. Perubahan sejati lahir dari tingkat tapak, dari sawah, dan dari para petani yang setiap hari bekerja di lapangan.

“Kalau petani daerah diberi ruang, mereka bukan cuma bisa ikut, tapi bisa memimpin,” pungkasnya.

Reporter: Wiwiet Eko Prasetyo|Editor: Arifin BH

Share:
Lenterajakarta.com.
Lenterajakarta.com.