SURABAYA (Lentera) - Erupsi Gunung Semeru yang terjdi pada Rabu siang (19/11/2025) berdampak pada warga Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Setidaknya ada sekitar 1.100 warga yang terpaksa mengungsi. Selain itu juga 200 rumah warga rusak dan 124 ternak mati.
Berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jatim, ada lima lokasi. Pengungsian itu di Balai Desa Oro-Oro Ombo dengan jumlah pengungsi sekitar 200 jiwa terdiri dari Balita 30 jiwa, Wanita hamil 1 jiwa, dan yang dalam kondisi sakit kronis (stroke) ada 2 jiwa.
Kemudian di Balai Desa Penanggal ada sekitar 100 pengungsi; di SDN 04 Supiturang ada sekitar 100 pengungsi; di SD Sumberurip ada sekitar 200 pengungsi; dan di Masjid Ar-Rahmah, Desa Oro-Oro Ombo ada sekitar 500 pengungsi. Sehingga total ada sekitar 1.100 pengungsi.
Kejadian ini juga mengakibatkan dua orang luka-luka yaitu Haryono (48) dan Normawati (43) warga Dusun Maron, Desa Maron, Kecamatan Banyakan, Kabupaten Kediri, karena tergelincir tumpukan material panas saat melintas di sekitar Gladak Perak.
Selain itu, erupsi Gunung Semeru juga mengakibatkan 200 rumah warga rusak dan 124 ternak mati. Dilansir detikJatim, rumah rusak tersebar di Dusun Umbulan dan Dusun Sumbersari, Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo. Bahkan sejumlah rumah dilaporkan rata dengan tanah setelah disapu dahsyatnya awan panas guguran.
"Rumah warga yang rusak lebih dari 200 rumah yang berada di dua dusun. Selain itu, ada sekolah dasar, musala, dan TPQ yang rusak," ujar Kepala Desa Supiturang, Nurul Yakin, dilansir detikJatim, Kamis (20/11/2025).
Sementara itu, selain rumah rusak, mereka juga mengatakan kehilangan pencaharian karena pertanian mereka hancur. Tukiyem, salah seorang pengungsi di Pos Pengungsian SD Negeri Supiturang 04, mengungkapkan kondisinya saat ini.
“Yang dibutuhkan sekarang bukan logistik saja, tapi uang. Rumah sudah habis, lahan sudah rusak, semua habis. Kami tidak punya tabungan untuk memulai usaha baru, dan tidak bisa bekerja karena harus bertahan di pengungsian,” katanya, dilansir javasatu, Kamis (20/11/2025).
Tukiyem mengatakan sebagian besar warga kehilangan mata pencaharian mereka karena sawah dan ladang yang biasa digunakan untuk panen rusak total akibat material vulkanik Semeru. “Kalau mau panen atau bercocok tanam, tidak bisa. Semuanya hancur. Kami bingung mau memulai dari mana,” ujarnya.
Tukiyem juga menyebut warga masih terus berdoa agar tetap selamat dari bahaya erupsi. “Kami hanya bisa berharap dan berdoa setiap hari agar selamat dari mara bahaya. Tapi kenyataannya kebutuhan uang tunai jauh lebih mendesak daripada bantuan logistik,” ungkapnya.
Situasi ini menegaskan bahwa pengungsi pasca-erupsi Semeru membutuhkan bantuan dana tunai atau modal usaha selain logistik, agar mereka bisa bangkit dan membangun kembali kehidupan mereka secara mandiri.
Sementara itu, Menteri Sosial Saifullah Yusuf (Gus Ipul) menegaskan keselamatan warga terdampak erupsi Gunung Semeru menjadi prioritas utama, dengan memastikan distribusi 1.350 porsi makanan setiap hari.
“Kemensos langsung bergerak bersama semua unsur di lapangan. Yang penting adalah evakuasi cepat, warga selamat, dan kebutuhan dasarnya langsung terpenuhi. Dalam kondisi begini, tidak ada yang lebih utama selain menjaga keselamatan jiwa,” ujar Gus Ipul, Jumat (21/10/2025) dilansir iNews.id.
Taruna Siaga Bencana (Tagana) Kabupaten Lumajang menyiapkan dua titik dapur umum untuk mendukung penanganan warga terdampak erupsi Gunung Semeru. Dua titik tersebut memiliki kapasitas total 1.350 boks makanan per hari untuk para pengungsi.
Di Kantor Desa Sumberurip, Kecamatan Pronojiwo, dapur umum beroperasi dengan kapasitas 600 boks makanan per hari. Distribusi dilakukan tiga kali sehari masing-masing 200 boks pada pagi, siang, dan malam.
Sementara itu, di Kantor Kecamatan Candipuro, layanan dapur umum menyediakan 750 boks makanan per hari. Rinciannya terdiri dari 250 boks pada pagi hari, 250 boks pada siang hari, dan 250 boks pada malam hari selama masa tanggap darurat erupsi Gunung Semeru.
Hingga pukul 06.20 WIB, total 963 jiwa tercatat mengungsi di dua kecamatan, Candipuro dan Pronojiwo. Data pengungsi terus diperbarui seiring pergerakan warga dan penilaian kondisi lapangan oleh petugas. (*)
Editor : Lutfiyu Handi/berbagai sumber





.jpg)
