01 December 2025

Get In Touch

Longsor di Bawah Jembatan Embong Brantas Kota Malang, Terjang 19 Rumah Warga

Longsor di sebagian trotoar jembatan Emong Brantas, Jalan Gatot Subroto, Kota Malang, menyebabkan belasan rumah warga terdampak, Senin (24/11/2025). (Santi/Lentera)
Longsor di sebagian trotoar jembatan Emong Brantas, Jalan Gatot Subroto, Kota Malang, menyebabkan belasan rumah warga terdampak, Senin (24/11/2025). (Santi/Lentera)

MALANG (Lentera) - Hujan deras yang mengguyur wilayah Kota Malang pada Minggu (23/11/2025) memicu longsor di kawasan Jembatan Embong Brantas, Jalan Gatot Subroto, Kelurahan Ksatrian, Kecamatan Blimbing. Mengaakibatkan material tanah dan lumpur, menerjang 19 rumah warga di permukiman padat penduduk.

Berdasarkan data yang dihimpun, dari 19 rumah tersebut, 15 rumah berada di RT 01 RW 12, dengan 13 rumah mengalami rusak ringan dan 2 rumah rusak sedang. Sementara 4 rumah di RW 02 turut kemasukan lumpur.

Salah satu rumah yang mengalami kerusakan sedang adalah milik Dasuki (60), warga RT 01 RW 12. Ia menceritakan detik-detik kejadian saat material longsor tiba-tiba menghantam rumahnya. Saat itu ia berada di ruang tamu, sementara istrinya sedang memasak di dapur sekitar pukul 18.00 WIB.

"Tiba-tiba mendadak ada gempuran dari atas. Saya kira kecelakaan mobil yang sampai turun, soalnya material dari atas itu menghantam rumah," ujarnya saat ditemui di lokasi. "Keras sekali getarannya. Jadi saya langsung keluar."

Menurut Dasuki, hanya ia dan istrinya yang berada di rumah saat peristiwa terjadi. Material longsor merusak bagian belakang rumah. Sejumlah barang rumah tangga seperti pakaian, lemari, dan perabot lainnya hancur tertimbun.

"Rumah saya dua lantai. Yang satu cor, yang sebelah pakai gladak, rumah lama. Tembok belakang itu jebol semua," katanya.

Kepanikan sempat terjadi. Dasuki menyebut istrinya sempat berteriak minta tolong saat kejadian tersebut. Karena kondisi rumah tidak memungkinkan untuk ditempati saat itu, Dasuki dan istrinya harus mengungsi sementara. "Semalam tidur di rumah tetangga, di depan," tambahnya.

Ia juga menyebutkan, selama 30 tahun tinggal di kawasan tersebut, genangan air di Jalan Gatot Subroto memang kerap terjadi saat hujan, namun tidak pernah sampai menimbulkan longsor sebesar ini. "Banjir biasa, gak seperti ini. Ini parah sekali," ujarnya.

Hingga berita ini ditulis, warga masih bergotong royong membersihkan material tanah dan lumpur yang memenuhi gang serta beberapa rumah. Dasuki berharap adanya solusi agar rumahnya kembali layak huni. "Saya minta bagusnya gimana nanti, solusinya gimana supaya rumah saya bisa layak lagi. Bisa ditinggali kembali," katanya.

Hal senada disampaikan oleh Ngateman, anggota Linmas Ksatrian yang menjadi saksi mata. Ia memastikan tidak ada korban jiwa dalam kejadian tersebut. Menurutnya, genangan air sudah mulai terlihat sebelum waktu magrib sekitar pukul 17.30 WIB.

"Ambrolnya itu sekitar jam 18.30. Kalau genangan air di sini sudah mulai sebelum maghrib," jelasnya.

Ngateman juga mengungkapkan adanya perubahan kondisi aliran air setelah pemasangan paralon dan penataan jalan di kawasan tersebut. Menurutnya, perubahan tersebut menimbulkan aliran air yang tidak lagi melewati aspal sebagaimana sebelumnya.

Ditambahkannya, seluruh area di bawah jembatan merupakan permukiman warga, sehingga longsor langsung berdampak pada belasan rumah. "Di bawahnya ini kan permukiman semua. Ada sekitar 19 rumah yang terdampak," katanya.

 

Reporter: Santi Wahyu/Editor: Ais

Share:
Lenterajakarta.com.
Lenterajakarta.com.