JAKARTA (Lentera) - Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Provinsi Sumatra Utara (Sumut), mengambil sejumlah keputusan strategis untuk penanganan bencana di Sumatra.
Rapat yang dipimpin Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo menegaskan beberapa tindakan yang akan diambil. Antara lain mobilisasi logistik via udara dan darat, penyiapan posko penyelamatan dan pelayanan darurat, serta pendirian dapur lapangan dan layanan medis.
“Kita pastikan respons cepat. Warga tidak boleh menunggu terlalu lama untuk mendapatkan bantuan,” ujar Kapolri saat memimpin rapat koordinasi di Pos Pendukung Nasional Sumut di Kabupaten Tapanuli Utara, Sumut, Minggu (30/11/2025).
Menurut keterangan tertulis yang diterima Senin (1/12/2025), rapat yang dihadiri Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Sumut, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumut, serta jajaran Kapolda tersebut digelar untuk memetakan penanganan darurat bencana alam di Sumut, Sumbar, maupun Aceh.
Rapat tersebut juga menghasilkan pengaktifan kembali sistem rayonisasi untuk memastikan kesiapan personel di seluruh wilayah terdampak bencana.
“Dalam situasi seperti ini tidak ada yang boleh berjalan sendiri. Semua unsur harus bergerak cepat, terkoordinasi, dan tepat sasaran,” tegas Kapolri.
Lebih lanjut, Sigit menginstruksikan jajaran Kapolda untuk segera mendirikan posko gabungan di kabupaten terdampak bencana, memastikan jalur komunikasi aktif, dan mendata wilayah yang masih terisolasi.
Koordinasi antara Polri, TNI, BPBD, dan pemerintah daerah juga akan diintensifkan untuk pengantaran logistik via udara bagi wilayah yang sulit dijangkau serta upaya pemulihan fasilitas komunikasi, listrik, dan kebutuhan dasar.
“Prioritas kita adalah memastikan tidak ada warga yang luput dari jangkauan bantuan,” kata Sigit ditulis antara.
Sementara itu, Kapolda Sumut Inspektur Jenderal Polisi Whisnu Hermawan Februanto melaporkan pihaknya mencatat 503 kali kejadian bencana di wilayahnya sejak 24 November 2025.
“Kami sudah mengerahkan helikopter dan truk logistik untuk menjangkau 70 titik terisolasi,” kata Irjen Whisnu, sembari menyebut Kabupaten Tapanuli Tengah sebagai wilayah dengan titik terisolasi terbanyak di Sumut.
Ia pun melaporkan bahwa 19 Polres di bawahnya telah mendirikan dapur lapangan, sementara 25 dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) telah dilibatkan untuk mendukung penyediaan kebutuhan dasar masyarakat terdampak bencana di Sumut.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan per Minggu (30/11) pukul 18:00 bahwa jumlah korban jiwa di tiga provinsi yang terdampak banjir bandang dan longsor mencapai 442 orang, kemudian 402 orang dinyatakan hilang, dan 646 orang luka-luka.
Dari angka itu, 217 orang yang meninggal dunia berada di wilayah Sumut, 129 orang di Sumbar, dan 96 orang di Aceh. Sementara itu, 209 orang di Sumut masih dinyatakan hilang, di Sumbar ada 118 orang dinyatakan hilang, dan 75 orang dinyatakan hilang di Aceh. (*)
Editor : Lutfiyu Handi





.jpg)
