08 October 2025

Get In Touch

Dinsos Kota Malang Sebut Santri Korban Ponpes Al-Khoziny Trauma Berat

Kepala Dinsos-P3AP2KB Kota Malang, Donny Sandito. (Santi/Lentera)
Kepala Dinsos-P3AP2KB Kota Malang, Donny Sandito. (Santi/Lentera)

MALANG (Lentera) - Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (Dinsos-P3AP2KB) Kota Malang memberikan pendampingan psikologis kepada santri korban musibah bangunan musala Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Sidoarjo. Dari tiga korban yang terdata di wilayahnya, satu di antaranya diketahui mengalami trauma berat.

Kepala Dinsos-P3AP2KB Kota Malang, Donny Sandito, menjelaskan pihaknya menerima permintaan untuk memberikan pendampingan kepada para korban yang berdomisili di wilayah Kota Malang. Berdasarkan pendataan, seluruh korban tersebut tinggal di Kecamatan Kedungkandang.

"Yang terdata di kami ada tiga orang. Tetapi dari tiga itu, yang dua, yakni atas nama Nanang dan Muhammad, tidak memerlukan pendampingan khusus," ujar Donny saat dikonfirmasi, Rabu (8/10/2025).

Menurut Donny, satu korban lainnya yang berinisial M, siswa kelas 1 MTs, masih mengalami trauma yang cukup berat. Kondisi itu dialami pasca kejadian beberapa waktu lalu, yang mengakibatkan puluhan santri kehilangan nyawa dari musibah di ponpes tersebut.

"Yang perlu pendampingan khusus ada satu anak, yakni M. Itu masih ada traumanya. Traumanya lumayan berat," ungkapnya.

Donny menambahkan, saat peristiwa terjadi, M berada di barisan kelima saat salat berjemaah. Sementara beberapa teman sekamarnya berada di barisan belakang. Situasi itulah yang diduga menjadi pemicu trauma mendalam bagi korban yang masih berusia remaja tersebut.

Lebih lanjut, menurutnya pendampingan psikolog dilakukan langsung dengan mendatangi rumah korban. Dari hasil pemantauan petugas, M mengalami perubahan perilaku pasca kejadian. Ia menjadi sulit tidur sendiri dan cenderung takut bepergian tanpa ditemani.

"Pada saat berangkat salat, dia itu barengan dengan empat orang temannya. Temannya diajak ke depan tidak mau, maunya di shaf belakang. Traumanya muncul saat dia melihat video di TikTok, dan yang muncul adalah temannya itu. Sejak saat itu dia tidak berani tidur sendiri, ke mana-mana juga tidak berani," paparnya.

Meski demikian, Donny menyampaikan pihaknya belum mengeluarkan rekomendasi terkait kemungkinan korban melanjutkan atau tidak melanjutkan pendidikan di pondok pesantren yang sama. Pihak keluarga dan para korban disebut masih menunggu informasi resmi dari pihak ponpes.

"Anak-anak itu juga masih menunggu kabar dari ponpes. Karena Muhammad dan Nanang itu kan sudah kelas 3 SMP. Sementara yang kelas 1 masih menunggu apakah akan tetap di sana atau bagaimana," katanya.

Donny menyebut, santri yang berinisial M tersebut termasuk dalam kategori desil 1, atau keluarga dengan tingkat kesejahteraan rendah.

Karena itu, bila nantinya tidak kembali ke pondok pesantren, pemerintah membuka kemungkinan bagi korban untuk melanjutkan pendidikan di sekolah rakyat (SR) yang difasilitasi pemerintah.

"Ya, bisa jadi (melanjutkan ke SR), karena kan ini juga semua korban dipantau langsung oleh Menteri Sosial," pungkas Donny.

Reporter: Santi Wahyu/Editor:Widyawati

Share:
Lenterajakarta.com.
Lenterajakarta.com.