01 December 2025

Get In Touch

PPT PPA Lumajang Berikan Trauma Healing Pada Kelompok Rentan di Pengungsian Semeru

Ketua PPT PPA Lumajang, Dewi Natalia Yudha Adji Kusuma, di Posko Pengungsian SMPN 2 Pronojiwo pada Minggu (30/11/2025).
Ketua PPT PPA Lumajang, Dewi Natalia Yudha Adji Kusuma, di Posko Pengungsian SMPN 2 Pronojiwo pada Minggu (30/11/2025).

LUMAJANG (Lentera) - Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak (PPT PPA) Kabupaten Lumajang memberikan trauma healing untuk pemulihan psikologis penyintas erupsi Semeru.  Trauma healing harus dimulai dari perlindungan kelompok rentan.

Ketua PPT PPA Lumajang, Dewi Natalia Yudha Adji Kusuma, menekankan bahwa anak-anak, perempuan, dan lansia berada pada posisi paling rawan menghadapi tekanan emosional, sehingga membutuhkan dukungan yang lebih spesifik, terukur, dan berkelanjutan.

Dewi menyampaikan bahwa kondisi mental kelompok rentan sering kali terpinggirkan dari prioritas penanganan bencana. Padahal, pengalaman kehilangan mendadak, ketidakpastian, serta paparan situasi darurat berkepanjangan berpotensi menimbulkan dampak psikologis jangka panjang.

“Anak-anak membawa trauma yang tidak selalu terlihat dari perilakunya. Perempuan sering memikul beban emosional keluarga. Lansia menyimpan kecemasan yang sulit mereka ungkapkan. Inilah alasan mengapa intervensi psikososial tidak bisa bersifat umum. Setiap kelompok membutuhkan pendekatan yang berbeda,” jelas Dewi saat melakukan peninjauan di Posko Pengungsian SMPN 2 Pronojiwo pada Minggu (30/11/2025).

Ia menambahkan bahwa tanpa dukungan yang dirancang khusus, kelompok rentan berpotensi mengalami gangguan psikologis yang menghambat proses pemulihan sosial, ekonomi, dan pendidikan. Oleh sebab itu, PPT PPA menekankan pentingnya penyediaan layanan yang berkesinambungan, mulai dari asesmen psikososial, konseling, hingga pendampingan berjenjang sesuai perkembangan kondisi para penyintas.

Kegiatan trauma healing yang dilakukan PPT PPA bukan sekadar aktivitas pemulihan emosional, tetapi bagian dari strategi pemetaan kebutuhan psikologis tiap kelompok rentan. Melalui permainan terapeutik untuk anak, sesi ekspresi diri bagi perempuan, hingga pendekatan relaksasi untuk lansia, setiap intervensi diarahkan untuk mengembalikan rasa aman dan menguatkan kemampuan adaptasi mereka.

“Pemulihan mental tidak cukup dilakukan dalam satu kali kunjungan. Ia harus dibangun melalui sistem pendampingan yang konsisten, berbasis bukti lapangan, dan disesuaikan dengan dinamika psikologis penyintas,” tegas Dewi.

Ia juga menyoroti pentingnya kolaborasi lintas sektor. Menurutnya, keberhasilan pemulihan kelompok rentan hanya dapat dicapai jika pemerintah daerah, tenaga kesehatan, lembaga perlindungan sosial, dan relawan bekerja dengan pola yang selaras dan saling melengkapi. Tanpa itu, intervensi psikososial berisiko terputus di tengah jalan.

Pemerintah Kabupaten Lumajang memastikan bahwa penguatan perlindungan kelompok rentan akan menjadi bagian utama dari strategi pemulihan pascaerupsi Semeru. Langkah ini bukan hanya untuk meredakan trauma, tetapi sekaligus membangun ketahanan psikologis masyarakat agar mampu menghadapi proses pemulihan jangka panjang dengan lebih siap. (*)


Editor : Lutfiyu Handi

Share:
Lenterajakarta.com.
Lenterajakarta.com.